Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan kuliah tamu bertajuk “Ethnoveterinary Medicine and Toxicology” yang menghadirkan Dr. Krestel Joy V. Isla, beliau adalah dosen dari College of Veterinary Medicine, Tarlac Agricultural University.
SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang bertanggung jawab
Kelompok Diskusi Klinik (KODIK) merupakan suatu kegiatan yang diinisiasi oleh Kelompok Studi Hewan Kesayangan (KSHK) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM). Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan mahasiswa dalam menangani berbagai kasus klinik, mendiskusikan ilmu dasar klinik secara kontinu, ...
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH - UGM) kembali kukuhkan guru besar yaitu Prof. Dr. drh. Asmarani Kusumawati, M.P., sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Reproduksi Veteriner Molekuler (20/5).
Poultry Day Himpunan Studi Ternak Produktif (HSTP) 2025 merupakan program kerja dari Divisi Unggas HSTP FKH UGM yang pada tahun ini dilaksanakan secara luring dengan mengusung tema “Dari Kandang ke Pasar: Inovasi Bisnis dan Kesehatan Ternak pada Industri Bebek Petelur Modern”.
Materi pertama yang disampaikan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan RI, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si. , mengenai tentang Peta Jalan Pemberantasan dan Situasi Terkini Penyakit dan Kuku yang ada di Indonesia. Kerangka Strategis untuk Indonesia Bebas PMK 2035 dituangkan dalam 8 pilar, antara lain vaksinasi PMK, pengamatan terus menerus terhadap PMK (surveillannce), biosecurity ketat dan pembatasan pergerakan hewan yang rentan PMK, Kesiapsiagaan dan tanggap darurat PMK, pemulihan produksi dan produktivitas ternak ruminansi pasca terkena PMK, penanganan dampak sosio-ekonomi PMK khususnya bagi peternakan rakyat, dan koordinasi dengan stakeholder dari dalam dan luar negeri. Kementerian Pertanian mendorong pelaksanaan Vaksinasi Mandiri dan menjamin ketersediaan dan akses vaksin PMK yang bermutu.
Kemudian Prof. Dr. drh. AETH Wahyuni, M.Si. sebagai narasumber ke dua, seorang Guru Besar dari Departemen Mikrobiologi FKH-UGM, menyampaikan bahwa Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) merupakan penyakit menular yang menyerang hewan berkuku belah (cloven hoofs), baik pada hewan ternak seperti sapi, kambing, kerbau, gajah, domba dan babi maupun hewan liar seperti rusa, bison jerapah bahkan Gajah. PMK disebabkan oleh Foot-and-Mouth Disease Virus (FMDV) dan bukan jenis zoonosis karena penyakit ini tidak menular ke manusia. PMK sendiri adalah salah satu Penyakit Lintas Batas yang serius karena sangat menular, dapat menyebar secara nasional dan internasional yang cepat serta tidak terduga.
Sebagai narasumber ketiga adalah Dr. drh. M. Munawaroh, MM., Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) memaparkan bahwa penanganan wabah PMK membutuhkan pendekatan komprehensif dan kolaborasi oleh semua pihak. Beberapa rekomendasi yang diberikan adalah pemulihan peternakan yang terdampak, peningkatan kapasitas dokter hewan dan petugas medik veteriner di lapangan. Investasi dalam penelitian vaksin dan pengobatan, melakukan vaksinasi secara berkala dalam waktu minimal 5 tahun.
Peran Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan dalam Penanganan PMK disampaikan oleh narasumber keempat, Prof. drh. Agung Budiyanto, MP, Ph.D. Berbagai peran tersebut antara lain, membentuk tim satuan tugas (Satgas) PMK di tingkat universitas yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, menyediakan pakar klinis dan laboratoris untuk diagnosis virus penyebab PMK, memberikan komunikasi, informasi edukasi (KIE) kepada masyarakat salah duanya adalah dengan program pengabdian masyarakat dan KKN yang secara reguler diadakan setiap tahunnya.
Selanjutnya Dr. Ir. Indyah Aryani, MM, selaku Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, membagikan pengalaman dan langkah-langkah pengendalian PMK di Jawa wilayah Timur sejak tahun 2022 lalu. Tindakan yang dilakukan berupa isolasi ternak sakit berbasis kandang, melakukan lockdown di daerah tertular PMK yang berbasis desa atau kecamatan, pengobatan pada ternak yang sakit berbasis simptomatis, penutupan sementara pasar hewan, pembatasan lalu lintas ternak, desinfeksi kandang dan lingkungan, pemotongan bersyarat dan vaksinasi massal PMK. Lebih jauh lagi, drh. Retno WIdiastuti, sebagai Narasumber keenam, yang merupakan Kepala Bidang Kesehatan Hewan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kabupaten Gunung Kidul juga memaparkan langkah-langkah yang diambil ketika terjadi kasus PMK, yaitu dengan mengajukan anggaran tambahan mendahului PERBUB Perubahan APBD Kabupaten Gunungkidul, respon laporan kematian ternak dan penelusuran kasus, pengambilan sampel, penguburan bangkai ternak, surveilans kasus, koordinasi lintas sektoral, pengobatan ternak yang sakit di lapangan, desinfeksi kandang dan lingkungan, pemberian vitamin untuk ternak sehat, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), pemeriksaan kesehatan hewan di pasar, pengawasan lalu lintas ternak, dan persediaan obat serta desinfektan.
Dari kalangan industri peternakan swasta, drh. Nanang Purus Direktur Feedlot PT. Indo Prima Beef dari Lampung menyampaikan dampak besarnya kerugian ekonomi yang dialami oleh peternak apabila hewannya terjangkit PMK. Bentuk dampak langsung yang terlihat adalah pengurangan berat badan, penurunan produksi susu, hingga kematian hewan. Dampak langsung ini berpengaruh besar pada dampak tidak langsung karena menyebabkan peningkatan biaya antara lain biaya pemotongan, pengawasan lalu lintas hewan dan tindak karantina, tambahan biaya surveilans hingga biaya vaksinasi ternak. Hal ini juga berdampak pada kehilangan pendapatan berupa gangguan industri dan kehilangan peluang ekspor. Tahapan yang dilakukan demi mencegah terjangkitnya PMK antara lain adalah dengan memperketat SOP lalu lintas hewan. Dimulai sejak sebelum hewan diberangkatkan, kemudian masuk dalam stasiun karantina, hingga penerapan biosecurity yang sangat ketat termasuk biosecurity untuk semua tamu dan customer, biosecurity kendaraan, penyemprotan desinfektan pada kandang dan peralatan peternakan secara berkala, dan vaksinasi untuk setiap kedatangan sapi. Vaksinasi terbukti efektif mencegah sapi dari potensi tertular PMK. Sapi feedlot yang 100% divaksin terbukti 0 (Zero) kasus sejak vaksinasi diperlakukan.
Dari sisi praktisi ruminansia, drh. Bima Ade Rusandi sebagai Narasumber ketujuh menyampaikan bahwa kondisi peternak saat ini masih dalam tahap recovery sejak terjadinya PMK pada tahun 2022. Dalam jangka pendek, yang peternak inginkan adalah percepatan pengobatan pada daerah wabah, pengetatan lalu lintas ternak dan pasar hewan, dan percepatan distribusi vaksin pada daerah yang masih banyak ternak sehat. Dalam jangka menengah, peternak menginginkan untuk melakukan pengawasan menyeluruh terhadap ternak yang diperdagangkan di pasar maupun di tingkat pedagang. Memperketat monitor hewan sehat oleh dokter hewan. Dalam jangka panjang, melakukan peningkatan sumber daya manusia di bidang peternakan baik itu sebagai peternak maupun petugas.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang dimoderatori oleh drh. M. Th. Khrisdiana Putri, MP. Ph.D. Dari materi pembicara dan sesi diskusi, beberapa poin penting yang dapat disimpulkan adalah perlunya pengadaan vaksin sesuai jumlah dosis yang dibutuhkan di lapangan (baik melalui skema hibah maupun mandiri), optimalisasi anggaran untuk penanganan PMK, yang meliputi peningkatan anggaran untuk vaksinasi, pengobatan, dan pelaksanaan biosecurity, optimalisasi kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat (peternak sebagai produsen, peternak sebagai konsumen dan masyarakat secara luas) mengenai pentingnya PMK, pentingnya akselerasi vaksinasi, dan penerapan biosekuriti yang ketat.
Selain itu, peranan universitas perlu ditingkatkan dalam upaya penanganan PMK melalui riset kolaborasi yang mendukung penanganan PMK di Indonesia dengan lebih melibatkan mahasiswa dan dosen, perlunya penyediaan anggaran khusus untuk tenaga vaksinator dan personal tim pendukung di lapangan, dan mendorong Menteri Pertanian untuk mengeluarkan SK yang menyatakan bahwa PMK merupakan wabah sehingga semua stakeholder bisa ikut berperan akftif dalam penangan PMK di seluruh wilayah.
Kegiatan seminar nasional ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, ekosistem darat, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
Respon positif datang dari para mahasiswa yang sangat terbantu dengan adanya sarapan pagi gratis ketika selesai ujian. Mereka juga memuji bahwa makanan yang disediakan enak dan tidak perlu memikirkan lagi mengenai sarapan pagi setelah ujian. Selain itu, beberapa mahasiswa juga mengatakan bahwa sarapan pagi gratis juga membantu mereka fokus untuk mempelajari materi ujian selanjutnya.
Selama masa ujian berlangsung dan mendapatkan sarapan pagi, mahasiswa dihimbau untuk membawa alat makan dan botol minum sendiri. himbauan ini bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang berasal saat mereka menyantap sarapan seperti sampah sendok plastik, dan air mineral gelas (SDG 12 : Konsumsi dan Produksi yang bertanggung jawab).
UAS pada tahun ini, FKH UGM juga memperketat kembali tata tertib bagi peserta ujian. Tata tertib diperketat agar dapat menciptakan ujian yang jujur, tanpa kecurangan, dan meningkatkan semangat mahasiswa untuk belajar lebih giat sehingga memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini juga didukung dengan diadakannya pembekalan untuk para tenaga kependidikan yang bertugas sebagai pengawas pada Jumat, 29 November 2024 agar UAS dapat berjalan sesuai dengan tata tertib dan kondusif (SDG 4: Pendidikan Berkualitas)
Author: Yanis Ramadhanti, S.Pt & Dea D. N. S.Pd
Pada pertemuan pertama, kegiatan diawali dengan pembukaan oleh MC diikuti sambutan dari ketua pelaksana, sambutan dari ketua BEM FKH UGM, dan sambutan dari Ketua Yayasan Panti Atap Langit. Dilanjutkan dengan pengenalan dan pemaparan materi mengenai animal welfare, handling, dan cara merawatnya dengan baik pada hewan yang interaktif dan edukatif yang dibantu oleh volunteer dari mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Pada kesempatan ini anak-anak diajarkan bahwa kucing merupakan binatang karnivora yang artinya pemakan daging. Ada dua jenis makanan yang dibuat untuk kucing, yaitu dry food dan wet food. Makanan kering (dry food) dikonsumsi oleh kucing umur lebih dari 3 bulan, dan makanan basah (wet food) dikonsumsi oleh kucing umur 3-4 minggu. Kucing juga akan memakan protein dari ayam atau ikan yang sudah digoreng, direbus, atau dipanggang. Bertentangan dengan kepercayaan umum, kucing tidak boleh makan tulang ayam atau tulang ikan karena ini bisa melukai mereka. Kucing juga dilarang makan keju, telur mentah, roti, dan coklat.
Selain itu, para relawan juga menjelaskan cara merawat hewan peliharaan dengan baik, termasuk cara memandikan dan membersihkannya. Sebaiknya mandikan kucing dengan air hangat, cuci dengan sampo khusus kucing, dan pastikan langsung mengeringkan bulunya setelah mandi. Kegiatan ini dilanjutkan dengan kuis menarik dan diakhiri dengan sesi dokumentasi.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan kuis yang menarik dan diakhiri dengan sesi dokumentasi.
Dalam pertemuan kedua, kegiatan FKH Mengajar 2 diawali dengan pembukaan oleh MC diikuti sambutan ketua pelaksana, sambutan ketua BEM FKH UGM, dan sambutan dari ketua Yayasan Pondok Pesantren Madania. Dilanjutkan dengan pengenalan dan pemaparan materi mengenai pemilahan sampah dan cara pembuatan ecobrick yang interaktif dan edukatif yang dibantu oleh volunteer dari mahasiswa/i FKH UGM.
Kegiatan ini mengajarkan anak-anak bagaimana memanfaatkan kembali sampah di sekitar mereka. Ecobrick hanya membutuhkan botol air minum bekas dan plastik kemasan atau kantong kresek. Kita hanya perlu mengisi botol air bekas dengan plastik lunak (kresek) dan agak keras (plastik kemasan ciki-cikian) hingga penuh dan padat. Tidak memerlukan keahlian khusus dan semua orang bisa melakukannya. Ecobrick ini dapat digunakan untuk bahan bangunan dan dapat digunakan berulang kali. Kegiatan ini mengajarkan anak-anak bagaimana peka terhadap sampah di sekitar mereka dan bagaimana mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih hijau dengan mengelola sampah sehari-hari mereka sendiri. Hal ini juga merupakan upaya penanganan perubahan iklim yang semakin parah dengan mengelola sampah yang tidak dapat terurai.
Secara keseluruhan, FKH Mengajar 2024 telah terlaksana dengan baik. Anak-anak dari Yayasan Panti Asuh Atap Langit dan Yayasan Pondok Pesantren Madania yang berpartisipasi sebagai peserta juga tampak selalu antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. Melalui kegiatan ini, tidak hanya pengetahuan akademis yang dipertukarkan, tetapi juga nilai-nilai sosial, kepedulian lingkungan, dan semangat untuk saling membantu diantara kedua belah pihak. Dengan keberhasilan FKH Mengajar 2024, harapan akan adanya dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat dan kemajuan pendidikan lokal semakin menguatkan langkah awal menuju perubahan yang lebih baik.
FKH Mengajar 2024 berkorelasi dengan beberapa poin Sustainable Development Goals yaitu dalam mendukung tujuan untuk menuju Pendidikan berkualitas dalam bentuk peningkatan kapasitas peserta dengan bentuk pelatihan secara langsung terkait ilmu kedokteran hewan kepada masyarakat, khususnya anak-anak. Selain itu, kegiatan ini juga mendukung tujuan mengenai penjagaan ekosistem daratan dengan bentuk pemeliharaan demi menjaga kelangsungan hidup ekosistem yang berfokus pada pengolahan sampah melalui pembuatan ecobrick. Dengan demikian, pelaksanaan FKH Mengajar 2024 memiliki urgensi tersendiri karena membuktikan bahwa kegiatan ini dapat memberikan dampak nyata dalam pembangunan berkelanjutan.
Kontributor : Dwi Jatmiko Wahyu Nugroho
Selama masa ujian berlangsung dan mendapatkan sarapan pagi, mahasiswa dihimbau untuk membawa alat makan serta botol minum sendiri. Himbauan ini ditujukan untuk mengurangi sampah plastik yang mungkin timbul ketika mereka menyantap makanan, terutama sampah sendok plastik, dan air mineral gelasan. (SDG 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab)
Mahasiswa baru 2024 yang baru kali ini merasakan sarapan pagi ketika ujian, merasa senang dan terbantu dengan adanya sarapan pagi ini. Mereka juga memuji bahwa makanan yang disediakan enak. Mahasiswa tidak perlu memikirkan lagi harus makan apa di pagi hari serta dapat langsung fokus belajar untuk ujian di hari berikutnya.
Pada Ujian Tengah Semester tahun ini, FKH UGM memperketat tata tertib bagi peserta ujian. Hal ini bertujuan untuk menciptakan ujian yang jujur, sebagai usaha menihilkan kecurangan, dan memacu para mahasiswa untuk belajar lebih giat agar hasil yang didapat memuaskan. Pembekalan untuk para tenaga kependidikan pengawas pun sudah diberikan pada Jum’at, 27 September 2024 agar UTS dapat berjalan dengan lebih kondusif. (SDG 4 Pendidikan Berkualitas).
Seminar dibuka oleh Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M.Sc., selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumni Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Seminar berlangsung secara daring dan luring di Ruang Sidang Dekanat dan dihadiri oleh dosen, praktisi kesehatan hewan, dan mahasiswa S1-S3 FKH maupun dari universitas diluar UGM. Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Ahmed Abd El Wahid menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi antara sektor kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat, baik akademisi maupun pihak pemerintah untuk mengatasi tantangan zoonosis, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, yang memiliki bentuk kepulauan sehingga membutuhkan Kerjasama berbagai pihak untuk mengatasi masalah zoonosis khususnya terkait lalu lintas pangan asal hewan dan foodborne disease. Beliau juga membahas strategi pencegahan dan pengendalian penyakit zoonotik yang efektif.
Sementara itu, Prof. Dr. Uwe Truyen berbagi penelitian terbaru mengenai patogen zoonotik dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat global. Ia menyoroti perlunya pendekatan berbasis bukti dalam menangani isu-isu zoonosis yang berkembang seiring dengan perubahan iklim dan urbanisasi.
Kuliah umum ini memberikan wawasan baru terkait zoonosis terutama pendekatan One Health sebagai strategi holistik untuk memerangi penyakit emerging dan re-emerging disease pada negara yang memiliki pendapatan rendah dan menengah. Selain itu, kegiatan ini juga berimpak pada fungsi ketahanan pangan yang sehat. Kuliah umum terkait zoonosis menjadi wujud nyata Fakultas Kedokteran Hewan UGM dalam upaya mencapai tujuan SDGs 1: Tanpa Kemiskinan, SDGs 2: Tanpa Kelaparan, SDGs 3:Kehidupan sehat dan sejahtera, SDGs 4: pendidikan berkualitas, SDGs 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak, SDGs 7: Energi bersih dan terjangkau, SDGs 8: Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, SDGs 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, SDGs 10: Berkurangnya Kesenjangan, SGDs 11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan, SDGs 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung jawab, SDGs 14: Ekosistem Lautan, SDGs 15: Ekosistem Daratan, SDGs 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang tangguh, dan SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis: Yanis Ramadhanti
Penyakit Anthrax perlu mendapatkan perhatian dan penanganan khusus karena sulit diberantas. Penyebaran penyakit ini melalui spora yang bisa menyebar dengan sangat cepat dan cakupan wilayah terdampak yang sangat luas. Selain itu spora Anthrax juga bisa bertahan hidup sampai puluhan tahun.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat kali ini diisi dengan pemaparan cara menangani wabah penyakit Anthrax oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Setelah kegiatan penyuluhan dilanjutkan dengan pemberian bantuan berupa vitamin dan obat cacing kepada peternak kambing dan sapi setempat.
Kegiatan ini selaras dengan SDGs utamanya ( Hastag) : poin 3 kehidupan sehat dan sejahtera, poin 12 konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab dan poin 15 ekosistem daratan