Lameness pada sapi dapat menimbulkan kerugian yang tidak sedikit jika tidak ditangani dengan baik karena mengganggu produktifitas sapi. Untuk itu Fakultas Kedokteran Hewan UGM bekerja sama dengan Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia (IDHSI) mengadakan seminar dan workshop “Addressing Lameness: Strategies for managing Bovine Foot Problem”, Sabtu, 29 Juni 2024 dengan menghadirkan narasumber pakar dari Massey University, New Zealand, Prof. Richard Laven, BvetMed, Ph.D., FRCVS, dan drh. Deddy Fachruddin Kurniawan, Wakil Ketua IDHSI sekaligus Founder and CEO Dairy Pro Indonesia.
Seminar dibuka oleh Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M,Sc, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama dan Alumni FKH UGM. Pada kesempatan ini, Aris menyebutkan bahwa telah ditandatangani Perjanjian Kerja Sama antara FKH UGM dengan IDHSI yang diharapkan selaras dengan SDGs 17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. “Seminar ini merupakan kegiatan pertama dan semoga dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya karena terlihat antusias peserta yang sangat bagus dan perlu adanya update tentang sapi perah” ungkapnya. Hal ini juga diamini oleh PDHI D.I.Yogyakarta. “Kami sangat mengapresiasi dan berbangga, karena belum banyak seminar dan workshop tentang hewan besar, sehingga ini merupakan terobosan yang baik, yang diharapkan bisa meningkatkan skill dokter hewan terutama di Yogyakarta” ungkap drh. Romli Ainul Kusumo, wakil ketua II Bidang Hubungan Masyarakat dan Sosial Media PDHI. D.I. Yogyakarta
Pada blended seminar yang dihadiri oleh 120an praktisi dokter hewan dari berbagai wilayah dan beberapa mahasiswa, Prof. Richard menyampaikan tentang seluk beluk kepincangan pada sapi. Meskipun beliau mengambil contoh kasus lameness di negaranya, New Zealand, kasus ini sangat relevan dan bisa saja terjadi di Indonesia, sehingga dapat diambil pelajaran tentang cara penanganan kasus lameness. Pada sesi kedua, drh. Deddy Fachruddin Kurniawan menyampaikan tentang teknis pemotongan kuku. Diantaranya tips dan trik bagaimana handling dan restrain sapi yang akan dipotong kukunya. Kegiatan ini diharapan secara tidak langsung dapat mewujudkan kehidupan yang lebih sehat dan sejahtera (SDGs 3) dan menjaga ekosistem daratan yang lebih baik (SDGs 15).
Para peserta nampak antusias sejurus dengan pertanyaan yang dilontarkan kepada Prof Richard dan drh. Deddy. Dari pertanyan-pertanyaan tersebut banyak membuka kasus kepincangan di kalangan peternak sapi di Indonesia. Salah satu peserta seminar, drh. Keki Riza Murty, medik veteriner UPTD RPH dan Puskeswan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo mengungkapkan alasannya mengikuti kegiatan ini. Diantaranya ingin mengetahui lebih dalam tentang penanganan laminitis karena banyaknya kasus laminitis di Kabupaten Sukoharjo dan tidak terselesaikan dikarenakan petani lebih memilih untuk menjual ternaknya yang mengalami kepincangan. “Dari materi yang telah disampaikan, saya bisa mengetahui metode pangananan laminitis yang lebih baik, yang belum pernah saya lakukan di Sukoharjo” ungkapnya.
Seminar tersebut dilanjutkan dengan workshop yang dilaksanakan di Koperasi Sapi Perah Sarono Makmur, Cangkringan, Sleman. Pada workshop tersebut, Prof. Richard dan drh. Deddy disertai dengan drh. Sunu, dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM dan drh. Taufiq , IDHSI, memberikan contoh praktik tentang penanganan dan perawatan kuku pada sapi yang mengalami lameness. Peserta workshop antusias mencoba langsung dengan dipandu oleh narasumber. drh Ruly, salah satu peserta workshop menyampaikan workshop ini lengkap mulai dari materi yang disampaikan hingga praktik langsung, dan ada pengetahuan baru yang didapatkan yang sangat bermanfaat.
Kontributor: Laila.