World Veterinary Day adalah serangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada dalam rangka memperingati hari kedokteran hewan sedunia.
SDG 2: Tanpa Kelaparan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH - UGM) kembali kukuhkan guru besar yaitu Prof. Dr. drh. Asmarani Kusumawati, M.P., sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Reproduksi Veteriner Molekuler (20/5).
Poultry Day Himpunan Studi Ternak Produktif (HSTP) 2025 merupakan program kerja dari Divisi Unggas HSTP FKH UGM yang pada tahun ini dilaksanakan secara luring dengan mengusung tema “Dari Kandang ke Pasar: Inovasi Bisnis dan Kesehatan Ternak pada Industri Bebek Petelur Modern”.
Kedamaian merupakan suatu situasi yang perlu diperjuangkan dan dirayakan bersama-sama. Berdasarkan keyakinan tersebut, UKM keagamaan FKH UGM (PMK, KMK, dan KMMV) menyelenggarakan kegiatan Bagi-Bagi Makanan untuk masyarakat yang membutuhkan pada Jumat, 21 Maret 2025 dengan tema “Giving Peace” di lingkungan sekitar UGM.
Dalam acara bazar ini, tenaga kependidikan tetap dan kontrak, serta tenaga outsource, mendapatkan sembako tebus murah yang berisi kue kering, sirup, minyak, beras, telur, tepung terigu, dan mie instan. Selain itu, diperjualbelikan sembako murah bagi pengunjung, seperti minyak, tepung terigu, telur, dan mie instan.
Pada bazar kali ini terdapat 22 stan UMKM yang ikut berpartisipasi. Stan-stan tersebut menjual berbagai produk makanan dan kudapan seperti bakso goreng, gudeg, bakpia, serta produk fashion, skincare, dan aneka perlengkapan rumah tangga seperti daster, nuskin skincare, dan baju batik. Tersedia juga bunga anggrek yang banyak diminati oleh pengunjung. Terdapat juga special promo produk unggulan FKH UGM, yaitu Telur Omega 3, 6, 9, DHA dan EPA.
Acara ini juga dimeriahkan oleh mini fashion show menampilkan baju-baju etnik olahan tangan dari Lurik Sriti Gamplong. Dari ketua Dharma Wanita, Ibu Yulaeni Teguh Budipitojo, hingga para wakil dekan, dosen, dan tendik ramai ber-catwalk memperagakan baju-baju lurik tersebut. Acara didukung oleh: Januputra Farm, Farm Berkah Sawung Sejahtera, Elita Kerudung, Crystal Petlove, dan Cahaya Proyektor, serta para donatur, yaitu Ibu-ibu DWP FKH UGM, Dekanat, dan Departemen di FKH UGM.
Selain bazar, dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, DWP FKH juga menyelenggarakan kegiatan sosial dengan mengunjungi Panti Asuhan Almarina di Gunungkidul dan Panti Ulil Albab yang terletak di Banguntapan. Kepada panti-panti tersebut, tim DWP FKH memberikan sembako dan pakaian.
Selain itu, tim DWP FKH UGM juga menyambagi rumah para pensiunan dosen dan tendik. Acara ini bertujuan untuk menjaga tali silaturahmi antar keluarga besar FKH UGM. Adanya kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian sosial di lingkungan FKH, memberikan kebermanfaatan bagi sesama, serta sebagai dukungan moral dan material terhadap yang membutuhkan.
Kegiatan bazar dan bakti sosial ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu, SDG 1 Tanpa Kemiskinan, SDG 2 Tanpa Kelaparan, SDG 10 Mengurangi Kesenjangan, SDG 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDG 5 Kesetaraan Gender, SDG 16 Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, SDG 17 Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Acara dihadiri oleh dosen, tenaga kependidikan, dan perwakilan mahasiswa. Dalam acara buka bersama ini FKH UGM menghadirkan Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. (Dekan Fakuktas Biologi UGM) sebagai penceramah, untuk memberikan tausiah dengan tema “Mengenal Dunia Hewan dalam Perspektif Islam” yang berisi mengenai penciptaan alam, genetika, dan bioakustik dalam perspektif islam.
Acara diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh sambutan Kepala Kantor Administrasi, Triyanto S. H., beliau mengucapkan terima kasih kepada para dosen, tenaga kependidikan, dan perwakilan mahasiswa yang telah hadir dalam kegiatan ini. Beliau juga menyampaikan rangkaian kegiatan di bulan Ramadhan 1446 H yaitu : Tadarus Al Qur’an (30 menit menjelang jam kantor dimulai dan diwantu istirahat), membagikan Kotak Infak di tiap-tiap Departemen dan unit kerja hasilnya akan dibagikan kepada tenaga Kontrak Perseorangan, dan tenaga Alih Daya. Acara Buka Bersama diawali dengan khataman Al-Qur’an, dilanjutkan dengan Tausiah/Pengajian menjelang berbuka, ibadah sholat Maghrib berjamaah, dan berbuka puasa bersama.
Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., membuka tausiah dengan menjelaskan mengenai penciptaan alam dalam perspektif islam dimana Allah menciptakan alam ini tidak hanya dengan keindahan, tetapi juga dengan keseimbangan dan keteraturan. Allah juga menjamin siapapun yang beriman dan berilmu akan dinaikkan derajatnya. Kepintaran yang ada dimiliki manusia berasal dari Allah SWT sehingga manusia tidak boleh sombong. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dijadikan sebagai wasilah (jembatan) untuk semakin mengenal dan mencintai Allah, belajar bukan hanya untuk dunia, tapi juga sebagai bentuk ibadah.
Acara buka bersama ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) antara lain
SDG 2 Tanpa Kelaparan, SDG 4 Pendidikan Berkualitas, dan SDG 17 Kemitraan untuk
Prof. Agung Budiyanto masuk ke FKH UGM pada tahun 1988, sedangkan Prof. Agustina memulai sekolahnya di FKH UGM pada tahun 1990. Mereka adalah senior junior dan mengenal satu sama lain sejak di bangku perkuliahan. Pasangan ini akhirnya menikah pada tanggal 9 April 1998 dan dikaruniai dua orang putra.
Dalam upacara pengukuhan guru besar ini, Prof. Agung Budiyanto menyampaikan pidato yang berjudul Aplikasi Bioteknologi Reproduksi Veteriner dan Genetik Mapping dalam Peningkatan Kualitas dan Populasi Sapi di Indonesia. Dalam pidatonya, Prof. Agung Budiyanto menyampaikan seleksi genetik pejantan pemacek, indukan sapi, pedet atau sapi dara akan memberikan kontribusi yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kualitas genetik di sapi-sapi masyarakat. Bentuk teknologi reproduksi yang sudah, sedang, dan terus dikembangkan secara masif di Indonesia, yaitu inseminasi buatan, sinkronisasi birahi, dan genetik mapping.
Prof. Agustina Dwi Wijayanti dalam pidatonya menyampaikan tentang Peran Farmakokinetik dan Terapi Veteriner pada Kesehatan Global (One Health). Beliau menyampaikan farmakokinetik veteriner memiliki kontribusi sebagai dasar penetapan takaran obat untuk hewan yang optimal, sehingga menghasilkan dosis efektif dan durasi pemberian obat untuk membunuh mikroba secara tuntas. Peran farmakokinetik bersama dengan farmakodinamika veteriner akan menghambat terjadinya AMR (Antimicrobial resistance) dengan memastikan mikroba akan terbunuh dan mencegah terbentuknya strain resisten. Dari sisi keamanan pangan, peran farmakokinetik veteriner adalah memberikan data terkait kecepatan eliminasi, waktu paruh obat, withdrawal time (waktu henti obat), dan menetapkan batas residu maksimum obat-obatan yang digunakan untuk kesehatan hewan agar aman dikonsumsi.
Setelah upacara pengukuhan selesai, pasangan Prof. Agung dan Prof. Tina menjamu para tamu untuk tasyakuran dan makan bersama di Wisma Kagama UGM. Acara ini juga dihadiri oleh KaHaRontjong yang berisikan dosen-dosen dan tendik FKH yang lihai di bidang bermusik. Tasyakuran ini dihadiri oleh lebih dari 500 orang dan berjalan dengan meriah.
Acara pengukuhan dan tasyakuran ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SGDs) antara lain SGD 2 tanpa kelaparan, SGD 4 Pendidikan Berkualitas, dan SGD 16 Ekosistem Darat.
Materi pertama yang disampaikan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan RI, Dr. drh. Agung Suganda, M.Si. , mengenai tentang Peta Jalan Pemberantasan dan Situasi Terkini Penyakit dan Kuku yang ada di Indonesia. Kerangka Strategis untuk Indonesia Bebas PMK 2035 dituangkan dalam 8 pilar, antara lain vaksinasi PMK, pengamatan terus menerus terhadap PMK (surveillannce), biosecurity ketat dan pembatasan pergerakan hewan yang rentan PMK, Kesiapsiagaan dan tanggap darurat PMK, pemulihan produksi dan produktivitas ternak ruminansi pasca terkena PMK, penanganan dampak sosio-ekonomi PMK khususnya bagi peternakan rakyat, dan koordinasi dengan stakeholder dari dalam dan luar negeri. Kementerian Pertanian mendorong pelaksanaan Vaksinasi Mandiri dan menjamin ketersediaan dan akses vaksin PMK yang bermutu.
Kemudian Prof. Dr. drh. AETH Wahyuni, M.Si. sebagai narasumber ke dua, seorang Guru Besar dari Departemen Mikrobiologi FKH-UGM, menyampaikan bahwa Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) merupakan penyakit menular yang menyerang hewan berkuku belah (cloven hoofs), baik pada hewan ternak seperti sapi, kambing, kerbau, gajah, domba dan babi maupun hewan liar seperti rusa, bison jerapah bahkan Gajah. PMK disebabkan oleh Foot-and-Mouth Disease Virus (FMDV) dan bukan jenis zoonosis karena penyakit ini tidak menular ke manusia. PMK sendiri adalah salah satu Penyakit Lintas Batas yang serius karena sangat menular, dapat menyebar secara nasional dan internasional yang cepat serta tidak terduga.
Sebagai narasumber ketiga adalah Dr. drh. M. Munawaroh, MM., Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) memaparkan bahwa penanganan wabah PMK membutuhkan pendekatan komprehensif dan kolaborasi oleh semua pihak. Beberapa rekomendasi yang diberikan adalah pemulihan peternakan yang terdampak, peningkatan kapasitas dokter hewan dan petugas medik veteriner di lapangan. Investasi dalam penelitian vaksin dan pengobatan, melakukan vaksinasi secara berkala dalam waktu minimal 5 tahun.
Peran Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan dalam Penanganan PMK disampaikan oleh narasumber keempat, Prof. drh. Agung Budiyanto, MP, Ph.D. Berbagai peran tersebut antara lain, membentuk tim satuan tugas (Satgas) PMK di tingkat universitas yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, menyediakan pakar klinis dan laboratoris untuk diagnosis virus penyebab PMK, memberikan komunikasi, informasi edukasi (KIE) kepada masyarakat salah duanya adalah dengan program pengabdian masyarakat dan KKN yang secara reguler diadakan setiap tahunnya.
Selanjutnya Dr. Ir. Indyah Aryani, MM, selaku Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, membagikan pengalaman dan langkah-langkah pengendalian PMK di Jawa wilayah Timur sejak tahun 2022 lalu. Tindakan yang dilakukan berupa isolasi ternak sakit berbasis kandang, melakukan lockdown di daerah tertular PMK yang berbasis desa atau kecamatan, pengobatan pada ternak yang sakit berbasis simptomatis, penutupan sementara pasar hewan, pembatasan lalu lintas ternak, desinfeksi kandang dan lingkungan, pemotongan bersyarat dan vaksinasi massal PMK. Lebih jauh lagi, drh. Retno WIdiastuti, sebagai Narasumber keenam, yang merupakan Kepala Bidang Kesehatan Hewan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Kabupaten Gunung Kidul juga memaparkan langkah-langkah yang diambil ketika terjadi kasus PMK, yaitu dengan mengajukan anggaran tambahan mendahului PERBUB Perubahan APBD Kabupaten Gunungkidul, respon laporan kematian ternak dan penelusuran kasus, pengambilan sampel, penguburan bangkai ternak, surveilans kasus, koordinasi lintas sektoral, pengobatan ternak yang sakit di lapangan, desinfeksi kandang dan lingkungan, pemberian vitamin untuk ternak sehat, Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), pemeriksaan kesehatan hewan di pasar, pengawasan lalu lintas ternak, dan persediaan obat serta desinfektan.
Dari kalangan industri peternakan swasta, drh. Nanang Purus Direktur Feedlot PT. Indo Prima Beef dari Lampung menyampaikan dampak besarnya kerugian ekonomi yang dialami oleh peternak apabila hewannya terjangkit PMK. Bentuk dampak langsung yang terlihat adalah pengurangan berat badan, penurunan produksi susu, hingga kematian hewan. Dampak langsung ini berpengaruh besar pada dampak tidak langsung karena menyebabkan peningkatan biaya antara lain biaya pemotongan, pengawasan lalu lintas hewan dan tindak karantina, tambahan biaya surveilans hingga biaya vaksinasi ternak. Hal ini juga berdampak pada kehilangan pendapatan berupa gangguan industri dan kehilangan peluang ekspor. Tahapan yang dilakukan demi mencegah terjangkitnya PMK antara lain adalah dengan memperketat SOP lalu lintas hewan. Dimulai sejak sebelum hewan diberangkatkan, kemudian masuk dalam stasiun karantina, hingga penerapan biosecurity yang sangat ketat termasuk biosecurity untuk semua tamu dan customer, biosecurity kendaraan, penyemprotan desinfektan pada kandang dan peralatan peternakan secara berkala, dan vaksinasi untuk setiap kedatangan sapi. Vaksinasi terbukti efektif mencegah sapi dari potensi tertular PMK. Sapi feedlot yang 100% divaksin terbukti 0 (Zero) kasus sejak vaksinasi diperlakukan.
Dari sisi praktisi ruminansia, drh. Bima Ade Rusandi sebagai Narasumber ketujuh menyampaikan bahwa kondisi peternak saat ini masih dalam tahap recovery sejak terjadinya PMK pada tahun 2022. Dalam jangka pendek, yang peternak inginkan adalah percepatan pengobatan pada daerah wabah, pengetatan lalu lintas ternak dan pasar hewan, dan percepatan distribusi vaksin pada daerah yang masih banyak ternak sehat. Dalam jangka menengah, peternak menginginkan untuk melakukan pengawasan menyeluruh terhadap ternak yang diperdagangkan di pasar maupun di tingkat pedagang. Memperketat monitor hewan sehat oleh dokter hewan. Dalam jangka panjang, melakukan peningkatan sumber daya manusia di bidang peternakan baik itu sebagai peternak maupun petugas.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang dimoderatori oleh drh. M. Th. Khrisdiana Putri, MP. Ph.D. Dari materi pembicara dan sesi diskusi, beberapa poin penting yang dapat disimpulkan adalah perlunya pengadaan vaksin sesuai jumlah dosis yang dibutuhkan di lapangan (baik melalui skema hibah maupun mandiri), optimalisasi anggaran untuk penanganan PMK, yang meliputi peningkatan anggaran untuk vaksinasi, pengobatan, dan pelaksanaan biosecurity, optimalisasi kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat (peternak sebagai produsen, peternak sebagai konsumen dan masyarakat secara luas) mengenai pentingnya PMK, pentingnya akselerasi vaksinasi, dan penerapan biosekuriti yang ketat.
Selain itu, peranan universitas perlu ditingkatkan dalam upaya penanganan PMK melalui riset kolaborasi yang mendukung penanganan PMK di Indonesia dengan lebih melibatkan mahasiswa dan dosen, perlunya penyediaan anggaran khusus untuk tenaga vaksinator dan personal tim pendukung di lapangan, dan mendorong Menteri Pertanian untuk mengeluarkan SK yang menyatakan bahwa PMK merupakan wabah sehingga semua stakeholder bisa ikut berperan akftif dalam penangan PMK di seluruh wilayah.
Kegiatan seminar nasional ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, ekosistem darat, serta kemitraan untuk mencapai tujuan.
Mencapai target “one cow, one calf, one year” menghadapi beberapa tantangan dalam upaya swasembada daging sapi di Indonesia. Ketergantungan impor masih tinggi, mencapai 35% dari kebutuhan nasional. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi meliputi pengembangan sentra produksi, penggalian sumber pakan, penyelamatan sapi betina produktif, dan penerapan teknologi inseminasi buatan.
Teknologi Synchronization-Sexing-Ultrasound (SSU) adalah inovasi terbaru untuk meningkatkan kebuntingan sapi. Teknologi ini menggabungkan sinkronisasi birahi menggunakan metode Ovsynch, teknologi sexing untuk memilih jenis kelamin pedet sesuai kebutuhan, dan ultrasonografi untuk mendeteksi kebuntingan secara cepat dan akurat. Ovsynch efektif untuk sinkronisasi birahi pada berbagai ternak, namun hasilnya bervariasi tergantung musim kawin, spesies, dan protokol. Hasil optimal terlihat pada domba dan kambing, sedangkan pada sapi PO menghasilkan respons birahi tinggi tetapi tingkat kebuntingan sedang.
Kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Fakultas Kedokteran Hewan Yamaguchi University melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) di Gunung Kidul, Yogyakarta, berhasil menerapkan metode Ovsynch dan inseminasi buatan fix timed (FTAI) pada sapi PO dan sapi silangan. Teknologi ini efektif untuk sapi dengan gangguan reproduksi, termasuk hipofungsi ovarium dan ovulasi tertunda. Teknologi sexing memungkinkan pemilihan jenis kelamin pedet, sementara ultrasonografi mendeteksi kebuntingan secara akurat. Kerjasama ini mendukung pengembangan penelitian, pendidikan tinggi, dan studi lanjut, serta memenuhi Indikator Kerja Utama (IKU) 3, IKU 5, IKU 6, IKU 7 dan IKU 8 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melibatkan dosen dan mahasiswa FKH UGM dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. Kegiatan ini memenuhi SDGs nomor 2 (Zero Hunger) dan nomor 17 (Partnership for the Goals). (GES/YAMAS)
GES: Gustaf Eifel Silalahi
YAMAS: Yonathan Alvin Maruli Asi Sihotang