Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH – UGM) kembali kukuhkan guru besar yaitu Prof. Dr. drh. Asmarani Kusumawati, M.P., sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Reproduksi Veteriner Molekuler (20/5). Pengukuhan ini diadakan di Balai Senat UGM dan dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, fakultas kedokteran hewan, stakeholder serta keluarga besar beliau. Prof. Asmarani merupakan 529 guru besar aktif di UGM dan 33 guru besar aktif di Fakultas Kedokteran Hewan.
Dalam upacara pengukuhan guru besar ini, Prof. Asmarani Kusumawati menyampaikan pidato yang berjudul Teknologi Reproduksi Veteriner Molekuler untuk Penguatan Ketahanan Pangan Indonesia. Dalam pidatonya, Prof. Asmarani Kusumawati menyampaikan bahwa sapi potong merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging dalam negeri. Meningkatnya pertumbuhan populasi dan kesejahteraan masyarakat selaras dengan peningkatan kebutuhan protein hewani. Oleh karena itu, banyak upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu upaya yang dilakukan melalui program UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting).
UPSUS SIWAB berfokuskan pada perbaikan reproduksi dan inseminasi buatan yang menunjukkan hasil positif terhadap peningkatan angka kebuntingan sapi. Akan tetapi, tingkat keberhasilan inseminasi buatan ini sangat bervariasi dalam antar wilayah. Selain itu, tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada sapi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti metode penyimpanan semen, kualitas ternak betina, dan keterampilan serta pengetahuan peternak. Metode penyimpanan semen beku dalam inseminasi buatan yang kurang tepat menyebabkan penurunan kualitas spermatozoa.
Pemeriksaan sel spermatozoa secara umum dilakukan secara mikroskopis, akan tetapi terdapat pemeriksaan yang lebih advance melalui pemeriksaan molekuler DNA. Semakin tinggi tingkat kerusakan DNA spermatozoa akan berakibat pula pada semakin tingginya tingkat keguguran pada sapi. Beliau juga mengungkapkan dengan pemahaman yang mendalam mengenai aspek molekuler spermatozoa seperti biomarker fertilitas berbasis proteomik akan membuka peluang baru untuk seleksi bibit unggul dan peningkatan kualitas genetik ternak lokal di Indonesia.
Acara pengukuhan dan tasyakuran ini mendukung nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) antara lain SDG 2 tanpa kelaparan, SDG 4 Pendidikan Berkualitas, SDG 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dan SDG 15 Ekosistem Darat.