Hari Minggu, 28 September 2025 bertempat di ruang Auditorium FKH UGM, Kelompok Studi Satwa Liar FKH UGM telah menyelenggarakan Seminar Nasional Satwa Liar yang mengangkat spesies Kakatua dengan tema “Voices of the Cockatoo, Echoes of the Wild: Safeguarding Health and Preserving the Guardians of the Forest”. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Kakatua Maluku sebagai satwa liar endemik Indonesia kepada masyarakat, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai status Kakatua Maluku sebagai spesies yang terancam punah, memberikan pemahaman masyarakat tentang pentingnya upaya konservasi, menambah wawasan masyarakat mengenai dampak dari perburuan Kakatua Maluku, serta membahas secara garis besar peran pemerintah, LSM, dokter hewan dan masyarakat umum dalam upaya konservasi kakatua.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan opening ceremony yang dibuka oleh MC lalu dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada, penampilan tari tradisional, sambutan ketua Seminar Nasional Kakatua 2025 oleh saudari Carrissa Putri Amelia, sambutan ketua KSSL FKH UGM 2025 oleh saudara Dave Timothy Halim, sambutan ketua BEM FKH UGM 2025 oleh saudara Achmad Burhanudin Rabbani, sambutan pembina KSSL FKH UGM oleh Prof. Dr. drh. Raden Wisnu Nurcahyo, sambutan ketua Dies Natalis FKH UGM 2025 oleh drh. Setyo Yudhanto, M.Sc., Ph.D., sambutan perwakilan dekanat oleh Prof. drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D., dan simbolis pembukaan Seminar Nasional Kakatua 2025 dengan pemukulan gong. Sebelum sesi seminar dimulai, dilakukan pembacaan urgensi diadakannya Seminar Nasional Kakatua 2025 oleh MC dan dilanjut dengan pretest. Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan penayangan teaser Seminar Nasional Kakatua 2025.
Seminar sesi pertama dimoderatori oleh saudara drh. Adimas Oky Saputra dan materi dibawakan oleh Dr. drh. Ligaya I. T. A. Tumbelaka, Sp. Mp., M.Sc. yang merupakan dokter hewan yang berfokus pada satwa liar dan memiliki keahlian di bidang biologi reproduksi serta endokrinologi hewan. Pembicara sesi pertama membawakan materi mengenai “Integrating Moluccan cockatoo Health Into a One Health Approach to Safeguard the Health of Wildlife, Humans, and the Environment” selama 60 menit. Secara garis besar, materi yang dibawakan mengenai fakta hidup kakatua, jenis kakatua di Indonesia, status konservasi, lembaga konservasi ex situ, tugas dan fungsi tim medis di lembaga konservasi, pemeliharaan satwa liar di lembaga konservasi, dan perilaku rutinitas harian kakatua di alam liar. Melalui sesi ini, diharapkan dapat meningkatkan jiwa konservasi peserta mengenai Kakatua Maluku yang terancam punah. Setelah sesi materi selesai, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang kemudian ditutup dengan penyerahan plakat kepada Dr. drh. Ligaya I. T. A. Tumbelaka, Sp. Mp., M.Sc. sebagai pembicara dan drh. Adimas Oky Saputra sebagai moderator sesi pertama. Rangkaian selanjutnya, yaitu ice breaking yang dibawakan oleh MC sebelum masuk ke sesi kedua.
Sesi kedua dimoderatori oleh saudari Maria Amanda Dominica Theqla S.K.H., dengan pembicara drh. Nadhifa Trihapsoro yang membawakan tema “Exploring the role of the Moluccan cockatoo as an ‘Umbrella Species’ whose Protection Safeguards Hundreds of other Endemic Species“. Materi yang dibawakan oleh pembicara kedua secara garis besar berisi tentang peran dan kolaborasi antara masyarakat lokal dengan konservasi dalam pelestarian konservasi Kakatua Maluku, pengetahuan tradisional dan mitos yang tersebar di masyarakat lokal mengenai Kakatua Maluku, kesadaran masyarakat lokal mengenai konservasi Kakatua Maluku, pengaruh perubahan lingkungan terhadap habitat kakatua di Maluku, peran Kakatua Maluku sebagai penjaga kelestarian hutan dan satwa-satwa lain di dalamnya, serta pengalaman pribadi pembicara dalam konservasi kakatua di Indonesia. Sesi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang pentingnya konservasi Kakatua Maluku dan peranannya dalam menjaga kelestarian hutan dan satwa lainnya. Setelah kedua pembicara selesai menyampaikan materi, acara dilanjutkan dengan sesi post test mengenai materi yang telah disampaikan. Peraih pre test dan post test dengan tiga nilai tertinggi akan diumumkan dan mendapatkan hadiah.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi Small Group Discussion dimana peserta dibagi menjadi 5 kelompok yang berjumlah 9 – 10  orang dan dipandu oleh 2 orang panitia tiap kelompok. Sebelum sesi Small Group Discussion dilakukan, sesi diawali dengan perkenalan antar anggota kelompok, lalu dilanjut dengan pembacaan skenario. Setelah skenario dibacakan setiap anggota kelompok menyampaikan pendapatnya masing-masing dalam kelompoknya mengenai skenario yang didapat selama 30 menit. Setelah waktu selesai, peserta dipersilahkan untuk membacakan hasil diskusi, pembicara dapat memberikan tanggapan mengenai pendapat yang telah disampaikan. Selanjutnya, dilakukan sesi workshop dengan 5 pos di area Fakultas Kedokteran Hewan UGM berupa pembuatan enrichment untuk meningkatkan kesejahteraan satwa. Setelah sesi workshop selesai dilakukan, para peserta kemudian kembali ke ruang Auditorium FKH UGM dan dilanjutkan dengan sesi kesan pesan oleh peserta, penutupan, dan dokumentasi.
Kegiatan Seminar Nasional Kakatua 2025 telah selesai untuk peserta umum. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan sesi istirahat, sholat, dan makan bagi anggota Chelonia. Chelonia merupakan gabungan dari kelompok studi yang berfokus pada satwa liar. Setelah sesi istirahat, kegiatan dilanjut dengan Gathering Chelonia yang dihadiri oleh anggota Chelonia dari berbagai universitas, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Udayana, Universitas Airlangga, Universitas Wijaya Kusuma, dan Institut Pertanian Bogor. Gathering Chelonia dilaksanakan di Selasar Auditorium FKH UGM. Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC, sambutan ketua KSSL FKH UGM, dilanjutkan dengan sesi mini games. Setelah selesai, dilanjutkan dengan penayangan video profil dari seluruh Chelonia, seperti pengenalan organisasi dan video program kerja dari masing masing Chelonia. Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan bonding untuk anggota Chelonia seperti perkenalan dan sharing mengenai proker yang dilakukan tiap kelompok studi. Acara Gathering Chelonia ditutup dengan closing dari MC dan sesi dokumentasi.
Kegiatan Seminar Nasional Kakatua dihadiri oleh 99 peserta yang terdiri dari mahasiswa kedokteran hewan dan mahasiswa umum dari berbagai universitas, dokter hewan, serta masyarakat umum. Melalui kegiatan Seminar Nasional Kakatua 2025 ini, diharapkan peserta dapat lebih mengetahui mengenai kakatua yang terancam punah yang sesuai dengan poin Sustainable Development Goals poin ke-4 yaitu Pendidikan Bermutu atau Quality Education, mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga dapat mengetahui aksi nyata yang dapat dilakukan dalam upaya konservasi kakatua yang sesuai dengan poin ke-15 yaitu Menjaga Ekosistem Darat atau Life on Land, serta mengetahui peran pemerintah, LSM, dokter hewan dan masyarakat umum dalam upaya konservasi kakatua yang sesuai poin ke-17 yaitu Kemitraan untuk Mencapai Tujuan atau Partnership for The Goals.								
				







 
					 
															



