Seminar Nasional Satwa Liar Owa 2020 “Enlightening The Impact of Indonesian Gibbon’s Poaching and Wildlife Trade on Animal Welfare, Conservation, and Zoonotic Diseases Through One Health Approach” telah dilaksanakan pada tanggal 21 November 2020. Kegiatan ini diadakan melalui platform Zoom secara online.
Sesi pertama dibawakan oleh Drh. Ida Junyati Masnur dari Pusat Rehabilitasi Primata Jawa The Aspinall Foundation yang membawakan aspek medis konservasi owa. Dijelaskan mengenai taksonomi dan morfologi famili Hylobatidae, nutrisi dan pakan, perilaku khas dari owa, potensi ancaman, perubahan perilaku, persebaran owa, proses rehabilitasi, penyelamatan owa, pemeriksaan kesehatan, serta handling dan restrain. Beberapa kasus medis yang sering terjadi di Pusat Rehabilitasi Primata Jawa Ciwidey adalah parasite darah, hepatitis B, herpes virus, dan luka (laserasi, gigitan, perkelahian). Dari sisi medis konservasi owa, kontribusi yang dapat dilakukan adalah melindungi satwa, melindungi habitat, dan membiarkan owa tetap hidup bebas di hutan.
Sesi kedua dibawakan oleh Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama yang membahas peranan One Health pada konservasi. Dikatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu negara dengan megabiodiversitas terbesar ironinya menjadi negara dengan tingkat penjualan satwa liar tertinggi di dunia. Hal ini menjadi ancaman tersendiri karena seperti yang diketahui hingga 62% penyakit pada manusia ditularkan oleh satwa liar. Dengan mempelajari pandemi yang sudah terjadi, memungkinkan adanya penanganan pencegahan yang lebih baik lagi. Pada sesi ini juga ditekankan bahwa harus ada koordinasi, koperasi, dan kolaborasi interdisiplin untuk mendukung tercapainya sinergi One-Health, langkah-langkah yang dapat ditempuh diantaranya mengurangi risiko penularan, peningkatan kapasitas penanganan, pencarian pathogen, dan penentuan risiko.
Sesi ketiga dibawakan oleh Ir. Ammy Nurwati, M. M dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dengan bahasan upaya pemerintah dalam konservasi owa. Pada sesi ini dijelaskan mengenai konservasi owa Jawa dari sudut pandang government/pemerintah, namun bukan hanya tentang owa tetapi juga seluruh aspek ekosistem yang meliputi keberlangsungan hewan liar, sumber daya alam, dan dukungan masyarakat. Dikatakan bahwa, BBKSDA mewujudkan upaya pelestarian dengan beberapa langkah konkret seperti membangun mitra dengan sejumlah lembaga dan melangsungkan restorasi ekosistem habitat satwa guna peningkatan populasi. Pihak pemerintah juga mengajak masyarakat luas untuk andil dalam menyukseskan konservasi dengan mengawasi lingkungan sekitar dan layanan Quickrespons.
Sesi keempat oleh Dr. Susan M. Cheyne sebagai Co-Director Borneo Nature Foundation Indonesia dengan bahasan peran Non-Govermental Organization (NGO) dalam pelestarian owa. Publikasi tentang owa jika dibanding dengan primate lain masih dinilai rendah. Selain itu, dijelaskan beberapa ancaman yang dinilai membahayakan bagi owa. Pertama, tingkat perdagangan satwa yang tinggi nyaris membuat owa punah. Kedua, rusaknya habitat owa yang disebabkan oleh pembakaran hutan, pembukaan lahan, dan pembuatan perkebunan. Penanggulangan yang ditawarkan adalah pembentukan komunitas untuk secara langsung mengedukasi dan melestarikan owa.
Akhir kata, seperti yang sudah ditegaskan oleh empat pembicara, menjaga keberlangsungan satwa liar harus diiringi dengan dukungan dari berbagai macam pihak seperti pemerintah, dokter hewan, lembaga masyarakat, profesi yang berkaitan, dan masyarakat sendiri. Dengan terlaksananya Seminar Nasional Satwa Liar Owa 2020 “Enlightening The Impact of Indonesian Gibbon’s Poaching and Wildlife Trade on Animal Welfare, Conservation, and Zoonotic Diseases Through One Health Approach” tinggi harapan kami dapat berkontribusi terhadap lestarinya konservasi satwa liar dengan mengenalkan Owa beserta pentingnya konservasi Owa dan ancaman zoonosis yang ada. Namun, tentu tidak berhenti disini saja, harus disertai dengan upaya tindaklanjut. Seperti yang juga disampaikan pembicara terakhir yaitu Dr. Susan M. Cheyne, mengedukasi masyarakat awam dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan campaign dapat berpengaruh apabila dilakukan dengan konsisten.