Selasa (17/6), Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM) melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama kolaborasi riset dengan Gembira Loka Zoo (GL Zoo), di Ruang Mayang Tirta Gembira Loka Yogyakarta. Kerja sama kolaborasi riset ini dilakukan sebagai upaya penguatan pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran hewan. Adapun ruang lingkup kerja sama ini meliputi kolaborasi dalam pembelajaran dan pemanfaatan spesies ikan invasif seperti ikan Arapaima, Aligator Gar, Piranha, Redtail Catfish, Snakehead, dan Nile Tilapia serta burung Unta  (Struthio camelus) sebagai objek riset dan pendidikan (SDGs 4: Pendidikan Berkualitas, SDGs 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Dekan FKH UGM, Prof. drh. Teguh Budipitojo, M.P., Ph.D., menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan bentuk pembekalan penting bagi calon dokter hewan untuk mempelajari keanekaragaman hayati, termasuk hewan-hewan endemik dari luar Indonesia. Salah satu fokus kerja sama ini adalah pemanfaatan ikan-ikan invasif sebagai objek penelitian plasma nutfah, yang mencakup baik spesies asli maupun non-asli yang telah mengkolonisasi habitat tertentu secara masif. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi berbagai dampak seperti ekologi, dan sosial akibat penyebaran ikan invasif di Indonesia (SDGs 14: Ekosistem Laut).

Tak hanya itu, spesies burung unta yang dimanfaatkan juga bukan spesies asli dari Indonesia sehingga dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran dan riset. Burung Unta yang dimaksid adalah spesies burung endemik yang berasal dari benua Afrika yang juga termasuk dalam burung tersebsar di dunia. Teguh menjelaskan bahwa spesies ini memiliki nilai strategis sebagai dasar pengembangan ilmu di bidang veteriner, khususnya perunggasan, serta sebagai bagian dari pelestarian sumber daya hayati (SDGs 15: Ekosistem Darat).

Sementara itu, Direktur GL Zoo, KMT A. Tirtodiprojo menjelaskan bahwa hubungan FKH UGM dengan GL Zoo sudah terjalin lama. Namun kali ini, fokus kerja sama adalah penelitian dan pendidikan dalam bidang ikan invasif. Ikan invasif menimbulkan berbagai ancaman ekologi dan sosial. Hal ini menjadi tantangan untuk dunia pendidikan tinggi dalam penyelesaian masalah tersebut (SDGs 4: Pendidikan Berkualitas, SDGs 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).

Dinas Perikanan dan Kelautan Daerah Istimewa Yogyakarta yang diwakili oleh Fitrianto Noorcahyo menyebutkan bahwa pihak dinas tengah merancang kerja sama dengan FKH UGM dalam pemanfaatan ikan invasif untuk kepentingan pendidikan. Diharapkan adanya kerja sama ini dapat meningkatkan upaya pengawasan sekaligus menjadi sarana edukatif masyarakat mengenai risiko yang ditimbulkan oleh spesies invasif. Kegiatan dilanjutkan dengan tur meninjau lokasi penangkaran burung unta dan harimau (SDGs 4: Pendidikan Berkualitas, SDGs 13: Perubahan Iklim, SDGs 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).