Performa reproduksi sapi potong memiliki peran penting dalam industri peternakan. Birahi merupakan kriteria reproduksi yang harus dipenuhi sebelum ternak dapat bereproduksi. Birahi dipengaruhi oleh umur dan bobot sapi, selain itu birahi juga dipengaruhi oleh jenis bangsa sapi, nutrisi, dan kesehatan reproduksi. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit virus yang sangat menular, menyerang hewan berkuku seperti sapi, kerbau, dan kambing. Sapi yang terinfeksi PMK akan mengalami gangguan reproduksi seperti anestrus, hipofungsi ovarium, dan silent heat (birahi tenang). PMK berdampak signifikan terhadap ekonomi peternak, mempengaruhi harga dan jumlah ternak, di Jawa Timur, wabah PMK telah menginfeksi ribuan hewan ternak di 23 kabupaten/kota.
Mencapai target “one cow, one calf, one year” menghadapi beberapa tantangan dalam upaya swasembada daging sapi di Indonesia. Ketergantungan impor masih tinggi, mencapai 35% dari kebutuhan nasional. Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi meliputi pengembangan sentra produksi, penggalian sumber pakan, penyelamatan sapi betina produktif, dan penerapan teknologi inseminasi buatan.
Teknologi Synchronization-Sexing-Ultrasound (SSU) adalah inovasi terbaru untuk meningkatkan kebuntingan sapi. Teknologi ini menggabungkan sinkronisasi birahi menggunakan metode Ovsynch, teknologi sexing untuk memilih jenis kelamin pedet sesuai kebutuhan, dan ultrasonografi untuk mendeteksi kebuntingan secara cepat dan akurat. Ovsynch efektif untuk sinkronisasi birahi pada berbagai ternak, namun hasilnya bervariasi tergantung musim kawin, spesies, dan protokol. Hasil optimal terlihat pada domba dan kambing, sedangkan pada sapi PO menghasilkan respons birahi tinggi tetapi tingkat kebuntingan sedang.
Kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Fakultas Kedokteran Hewan Yamaguchi University melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) di Gunung Kidul, Yogyakarta, berhasil menerapkan metode Ovsynch dan inseminasi buatan fix timed (FTAI) pada sapi PO dan sapi silangan. Teknologi ini efektif untuk sapi dengan gangguan reproduksi, termasuk hipofungsi ovarium dan ovulasi tertunda. Teknologi sexing memungkinkan pemilihan jenis kelamin pedet, sementara ultrasonografi mendeteksi kebuntingan secara akurat. Kerjasama ini mendukung pengembangan penelitian, pendidikan tinggi, dan studi lanjut, serta memenuhi Indikator Kerja Utama (IKU) 3, IKU 5, IKU 6, IKU 7 dan IKU 8 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melibatkan dosen dan mahasiswa FKH UGM dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. Kegiatan ini memenuhi SDGs nomor 2 (Zero Hunger) dan nomor 17 (Partnership for the Goals). (GES/YAMAS)
GES: Gustaf Eifel Silalahi
YAMAS: Yonathan Alvin Maruli Asi Sihotang