Veterinary Student Event (VSE) merupakan salah satu program kerja tahunan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) yang bertindak sebagai wadah dalam aspirasi berkarya dan penghubung antar mahasiswa FKH. Tahun ini VSE diselenggerakan oleh Pengurus Cabang IMAKAHI Universitas Nusa Cendana (UNDANA). “Menilik Implikasi Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kesehatan Hewan di Indonesia” merupakan tema yang diangkat pada SEMNAS X VSE 2021. VSE pada tahun ini berisi ajang perlombaan ilmiah yang terdiri dari lomba infografis dan essay, seluruh kategori perlombaan diperlombakan bagi seluruh PC IMAKAHI.
Pemenang perlombaan diumumkan tepat pada tanggal 30 Oktober 2021. Pada lomba essay, juara 1 dimenangkan oleh Ummi Rahayu yang berasal dari UWKS. Juara 2 lomba essay dimenangkan oleh Januar Firmansyah dari Unair. Lalu, juara 3 lomba essay dimenangkan oleh Kamaliya Alawiyah Yahya dari Univesitas Udayana. Setelah pengumuman lomba essay, dilanjutkan dengan pengumuman pemenang lomba infografis. Tim Brainstem dari UB mendapatkan juara 1 pada lomba infografis, juara 2 dimenangkan Tim Wani dari UWKS, dan juara 3 dimenangkan tim Stoner Mania dari Unair, juara infograsis favorit dimenangkan tim Inciseave dari UWKS.
Selain ajang perlombaan ilmiah, terdapat kegiatan lain yaitu seminar nasional yang diselenggarakan pada SEMNAS X VSE 2021. Seminar nasional ini diselenggarakan secara daring pada hari Sabtu, 30 Oktober 2021. Tema yang diangkat pada seminar ini adalah “Peran Dokter Hewan dalam Penanggulangan Pandemi Zoonotik”. Dr. drh. Joko Pamungkas, M. Sc yang merupakan dosen dan peneliti dari IPB University serta Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama yang merupakan coordinator One Health/EcoHealth Resource Center-UGM telah hadir sebagai pembicara pada seminar nasional ini.
Narasumber pertama ialah Dr. drh. Joko Pamungkas, M. Sc yang membawakan materi mengenai “Peran Dokter Hewan dalam Mendeteksi Penyakit Zoonotik yang Berpotensi Pandemi”. EIDs merupakan suatu wabah penyakit yang sebelumnya tidak diketahui, 75% bersifat zoonotik yang berawal dari hewan. Ebola, Spanish flu, maupun COVID-19 merupakan beberapa contoh EIDs. Pemicu kemunculan EIDs sendiri adalah deforestasi, perubahan industry pertanian, degradasi habitat, serta fragmentasi habitat. Pendekatan one health itu penting dilakukan dan diperlukan kerjasama antar lintas disiplin dan profesi, lintas sektor, dan lintas wilayah administrasi untuk bisa berkomunikasi dan berkoordinasi. Pencegahan yang sangat penting dilakukan yaitu surveilans virus rutin pada satwa liar dan surveilans virus segitiga. Selain itu, dokter hewan maupun calon dokter hewan perlu untuk mengkampanyekan kepada masyarakat untuk berhenti mengganggu satwa liar dalam konteks mengganggu populasi, mengkonversi habitat satwa liar, dan pemberhentian konsumsi bushmeat.
Dilanjutkan oleh narasumber kedua yaitu Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama yang membawakan materi mengenai “Pendekatan One Health terhadapt Penyakit Zoonotik yang Berpeluang Menjadi Pandemi”. Implementasi one health sebagai antisipasi terhadap penyakit zoonotic yang memiliki kemungkinan menjadi pandemi. Dokter hewan termasuk leading sector terdepan dalam bidang zoonotic, dimana 75% penyakit zoonotik berasal dari satwa liar. Rapid diagnosis sangat penting dilakukan untuk mengontrol penyakit zoonosis. Kedepannya bukan hanya masalah zoonotic yang terjadi namun antimicrobial resistance juga perlu diantisipasi dimasa depan. Pentingnya one health yang merupakan pendekatan kolaboratif lintas sektoral antara health experts dari manusia, hewan, dan lingkungan untuk menangani emerging disease dan zoonotic disease. Untuk menerapkan one health juga perlu menguasai soft skills seperti leadership, collaboration, komunikasi, management, dan lainnya.
One health merupakan upaya kolaboratif lintas sektoral dari bidang kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan kesehatan lingkungan pada tingkat lokal, nasional, dan global. Upaya yang perlu dilakukan meliputi kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi. Implementasi konsep one health sangat penting dilakukan sebagai respon dari pengendalian dan mitigasi dampak dari penyakit zoonotik atau EIDs yang mungkin terjadi dan dapat menimbulkan pandemik. Indonesia sebagai salah satu pusat atau megabiodiversity kedua di dunia harus berkontribusi besar dalam pelaksanaan pendekatan one health untuk meminimalkan resiko dampak penyakit zoonotik dan EIDs.