Antibiotic Growth Promoters (AGP) merupakan zat tambahan pakan atau feed additive yang sering diberikan pada ayam broiler untuk mengeliminir bakteri merugikan saluran pencernaan. Akan tetapi dalam penggunaannya dapat menimbulkan banyak kerugian karena dapat memicu timbulnya resistensi mikroba terhadap berbagai jenis antibiotik.
“Daun tapak liman sendiri memiliki bahan aktif flavonoid dan saponin yang memiliki sifat anti bakteri sehingga dapat dijadikan sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoters (AGP)” ujar Joe selaku Ketua Tim, Sabtu (16/8)
Melihat potensi itu, lima mahasiswa UGM yang terdiri dari Joe Fathi Raftami (FKH), Nuril Qolbi Safitri (FKH), Annisa Amallia Zahra (FKH), Sanubari Indah Puteri Rahmani (Farmasi), Nisrina Firdha Nabila (FMIPA) dengan dosen pendamping dari Fakultas Kedokteran Hewan yaitu drh. Anggi Muhtar Pratama, M.Sc. meneliti alternatif pengganti AGP yang aman yaitu dengan menggunakan AGP herbal dari daun tapak liman (Elephantopus scaber L.) yang dibuat menjadi nanoemulsi untuk diberikan ke ayam broiler.
Bahaya akan penggunaan AGP yang menimbulkan dampak negatif seperti resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik sendiri adalah kondisi dimana bakteri didalam tubuh tidak dapat dibunuh menggunakan antibiotik sehingga dapat mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi. Karena efek negatif tadi, pemerintah secara resmi melarang penggunaan AGP dalam pakan sesuai dengan Permentan No. 14/2017 tentang klasifikasi obat hewan. Karena pelarangan ini banyak sekali peternak yang mengalami penurunan produktivitas ternak yang semula 90% turun hingga angka 40%.
“Berdasarkan urgensi inilah maka kami mencari alternatif tambahan pakan dari bahan alami yang memiliki mekanisme zat aktif yang hampir sama,” tutur Nuril.
Untuk pembuatan nanoemulsi dilakukan dengan ekstraksi daun tapak liman. Selanjutnya, ekstrak tersebut digabungkan dan ditambah bahan lainnya untuk membuat sediaan emulsi terlebih dahulu. Sediaan emulsi ini kemudian diproses hingga homogen dan menghasilkan partikel berukuran nano. Nanoemulsi yang sudah terbentuk kemudian dicampurkan dalam minum ayam broiler dalam penggunaannya.
Sementara itu, Sanubari menambahkan bahwa kelompok mereka juga turut menguji ukuran partikel serta kestabilan nanoemulsi yang digunakan.
Hasil pengukuran menunjukkan nilai zeta potensial sebesar -42 mV dimana menunjukkan kestabilan nanoemulsi yang baik. Selain itu, setelah diuji menggunakan Particle Size Analyzer didapatkan rata-rata ukuran nanopartikel yaitu 95,8 nm. Hal ini telah memenuhi syarat ukuran sediaan nanoemulsi yaitu dalam rentang 20-200 nm. “Ukuran nanoemulsi yang kecil digunakan untuk meningkatkan absorpsi zat aktif sediaan pada sel target yaitu usus ayam sehingga harapannya zat aktif tersebut akan lebih mudah terserap”, paparnya.
Dari pengukuran FCR, mortalitas, dan Index Performance diperoleh hasil kelompok pemberian nanoemulsi tapak liman 6 ml/kg BB memiliki hasil yang baik karena menunjukkan nilai FCR yang relatif kecil. Nilai FCR yang semakin kecil membuktikan bahwa dapat mengoptimalkan efisiensi pakan. Persentase mortalitas sendiri menunjukkan angka 0% dan berdasarkan pengukuran Index Performance diperoleh hasil terbaik jika dibandingkan dengan kelompok lainnya.
“Uji resistensi antibiotik menunjukan bahwa pada kelompok pemberian AGP ditemukan sejumlah 33% bakteri E. coli mengalami resisten terhadap antibiotik amoxicillin yang membuktikan bahwa pemberian AGP pada ayam broiler terbukti menyebabkan resistensi. Pada uji hematologi rutin diperoleh hasil normal pada seluruh kelompok yang berarti bahwa ayam yang dipelihara dalam kondisi sehat dan tidak terdapat indikasi adanya efek samping maupun toksisitas setelah pemberian perlakuan”, tutur Annisa.
“Penelitian kami masih dalam tahap awal, harapannya kedepan bisa dilakukan riset lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya pada skala peternakan yang lebih luas,” jelasnya.