Herbal sebagai solusi Mastitis pada Sapi Perah – Virtual Lecture ke-16

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp

Pada hari Sabtu, 4 September 2021, Keluarga Alumni FKH UGM (GAMAVET) bekerja sama dengan PT. Medion Ardhika Bhakti mengadakan kembali kegiatan edukasi yang dikemas dalam agenda mingguan virtual lecture.

Dihadiri oleh lebih dari 200 peserta dari mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan (PPDH) serta dari kalangan akademisi serta peternak, kegiatan ini berjalan dengan lancar dan penuh antusias dari para peserta.

Virtual lecture ke-16 kali ini membawakan tema “Mastitis pada Sapi Perah”, dengan narasumber dari PT. Medion Ardhika Bhakti yaitu drh. Addin Nugroho serta mengundang guru besar dari FKH UGM yaitu Prof. Dr. drh. A.E.T.H. Wahyuni, M.Si yang merupakan seorang peneliti yang sering berkecimpung dalam berbagai penelitian mengenai mastitis.

Bangsa Indonesia memiliki populasi sapi perah yang cukup banyak, meskipun secara data nasional per-2019, Indonesia masih perlu untuk melakukan impor susu apabila ingin memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Pemerintah mencanangkan program swasembada susu di tahun 2020, namun mengingat kondisi dunia yang dilanda pandemi COVID-19, cita-cita tersebut belum dapat tercapai, namun usaha masih terus dilakukan dan diharapkan pada tahun 2024 50% swasembada susu sudah dapat tercapai.

Susu merupakan salah satu produk yang berkotribusi besar dalam pemenuhan dan peningkatan gizi manusia, dengan jumlah kebutuhan yang terus ada, maka permintaan akan terus meningkat dan peternak sapi perah diharapkan dapat menyediakan produk susu untuk konsumsi masyarakat indonesia. Susu dihasilkan oleh sapi perah dari peternakan baik peternakan tradisional maupun industri. Manajemen pengelolaan peternakan sapi perah merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan untuk menjamin kualitas dari susu yang dihasilkan. Kerentanan terhadap adanya penyakit juga harus diperhatikan, salah satunya adalah penyakit mastitis. Mastitis sendiri merupakan peradangan dari jaringan internal kelenjar susu yang disebabkan oleh agen infeksius, toksin serta faktor traumatik.

Salah satu penyebab terjadinya mastitis pada sapi adalah dikarenakan rendahnya higienitas dari kandang dan juga saat proses pemerahan. Pada VirLect-16 kali ini, Prof. Dr. drh. A.E.T.H. Wahyuni, M.Si menjelaskan mengenai mastitis mulai dari pengertian, faktor transmisi hingga cara pengujian. Beliau juga memberikan beberapa contoh kasus ketika melakukan penelitian mengenai mastitis, serta beberapa pilihan pengobatan yang dianggap efektif.

Selanjutnya pemaparan materi dari perwakilan PT. Medion Ardhika Bhakti yaitu drh. Addin Nugroho, beliau menjelaskan beberapa penelitian yang dilakukan terkait pengobatan mastitis. PT. Medion Ardhika Bhakti bekerja sama dengan beberapa perusahaan serta peternakan sapi perah untuk melakukan pengujian beberapa alternatif pengobatan mastitis dalam rangka menemukan obat yang efektif sebagai solusi dari mastitis pada sapi perah.

Pengobatan mastitis bisa dikatakan tidak mudah untuk dilakukan, dikarenakan banyaknya kemungkinan agen yang dapat menyebabkan mastitis. Sehingga harus dilakukan pengujian yang tepat agar pengobatan dapat dilakukan sesuai target. Misal mastitis yang diketahui disebabkan oleh bakteri, maka sebaiknya dilakukan uji atau kultur bakteri untuk mengetahui agen penyebab secara pasti, sehingga pemilihan antibiotik bisa tepat dan mengurangi resiko resistensi antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik pada sapi, selain itu antibiotik dapat meninggalkan residu pada hewan dimana residu antibiotik tersebut dapat tertinggal pada daging, susu dan produk hasil hewan yang kemudian dapat sampai ke meja makan dan dapat membahayakan kesehatan manusia.

Setelah pemaparan dari kedua narasumber, diadakan sesi diskusi. Banyak pertanyaan yang disampaikan, salah satunya adalah dari dosen FKH UGM yang juga merupakan ahli penyakit dalam pada hewan besar yaitu drh. Yuriadi, beliau menyampaikan pertanyaan terkait resistensi antibiotika serta cara kerja dari obat Mastigrin (produk medion) yang disampaikan oleh drh. Addin sebagai salah satu produk andalan untuk mastitis pada sapi perah.

Pertanyaan kemudian dijawab oleh drh. Addin, beliau menjelaskan mengenai Mastigrin yang memiliki kemampuan mengurangi jumlah SCC (somatic cell count) dan TPC (Total Plate Count) dari susu dan tidak meninggalkan residu antibiotik, drh. Addin menyampaikan bahwa jumlah SCC dapat diturunkan oleh mastigrin pada sapi ketika penelitian hingga ambang batas aman konsumsi sesuai SNI namun tidak mengganggu flora alami, beliau juga menjawab pertanyaan terkait resistensi antibiotika, bahwa produk Mastigrin sendiri merupakan produk herbal, dengan komposisi dari Zingiber officinale (Jahe), Moringa oleifera (Kelor) dan juga Phyllanthus niruri (Meniran) sehingga efek sampingnya akan lebih sedikit dibandingkan perlakuan pengobatan dengan antibiotik

Prof. Dr. drh. A.E.T.H. Wahyuni, M.Si juga menyampaikan bahwa opsi penggunaan obat herbal baik dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi resiko terjadinya resistensi serta residu antibiotika, namun penggunaan herbal harus sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan agar efektif dan tidak menimbulkan efek yang tidak baik untuk hewan.

Manajemen peternakan yang baik atau Good Farming Practice (GFP) harus selalu diperhatikan untuk mendapatkan produk hewan yang berkualitas serta kesehatan hewan selalu terjaga demi kesehatan masyarakat indonesia.