Pada hari Minggu, 22 November 2020, Divisi Non Ruminansia Himpunan Studi Ternak Produktif FKH UGM menyelenggarakan Magang Kelinci Divisi Non Ruminansia. Magang merupakan program kerja tahunan Divisi Non Ruminansia HSTP yang rutin dilaksanakan sekali dalam setahun. Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai lapangan kerja dokter hewan dalam dunia peternakan serta mengasah minat serta kemampuan dan kompetensi dalam memanajemen suatu peternakan, salah satunya adalah peternakan kelinci. Adanya pandemi Covid-19 mengharuskan kegiatan magang dilakukan secara daring/online demi mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi ini.
Magang Divisi Non Ruminansia 2020 mengangkat tema “Manajemen Pemeliharaan dan Penyakit pada Kelinci”. Pada kesempatan kali ini, materi disampaikan oleh drh. Wagimin Taruna selaku pendiri Jogja Exotarium sekaligus dokter hewan yang pernah menggeluti bidang peternakan kelinci. Kegiatan magang ini dipandu oleh pembawa acara yaitu Joshua Krisdamara Putra dan dihadiri oleh 24 peserta yang terdiri dari ketua, staff dan anggota Divisi Non Ruminansia HSTP. Magang Divisi Non Ruminansia dilaksanakan secara daring/online melalui platform Google Meet. Rangkaian kegiatan meliputi pembukaan, sambutan ketua panitia dan ketua Divisi Non Ruminansia, sesi pemaparan materi, sesi tanya jawab, games dan penutup.
Pemaparan materi oleh drh. Wagimin menyampaikan tentang prospek budidaya kelinci, manajemen pemeliharaan, pengendalian penyakit dan reproduksi kelinci. Beliau memaparkan bahwa kelinci diternakkan karena produktifitasnya tinggi, hasil dari kelinci tidak ada yang terbuang (kotorann untuk pupuk, kulit untuk industri kerajinan), perawatannya tidak terlalu sulit, dagingnya tinggi protein dan rendah kolesterol, permintaan pasar mengenai kelinci belum mencukupi dan bernilai ekonomis tinggi. Beliau juga menjelaskan bahwa pemeliharaan kelinci pedaging dan kelinci hias berbeda karena kelinci hias butuh perawatan yang lebih baik. Pakan kelinci berupa hijauan, komboran, dan pelet. Pakan kelinci dalam bentuk kering lebih aman dikonsumsi, awet dan tahan lama. Selain memparkan tentang pengendalian penyakit, drh. Wagimin juga memaparkan tentang pengobatan penyakit yang sering menyerang kelinci. Kelinci yang tekena penyakit scabies dapat diobati dengan obat suntik merk wormectin, intermectin atau kopromec oral. Kelinci yang terkena diare dapat diobati dengan larutan diapet dengan dosis secukupnya. Koksidiosis dapat diobati dengan obat yang mengandung sulfat. Kelinci dapat mengalami kembung apabila kandang tidak bersih, sirkulasi udara kurang lancar sehingga mengamai stress. Kelinci yang mengalami rhinitis dapat diobati dengan terpi herbal daun pegangan setiap hari. Shorehock pada kelinci dapat terjadi apabila ada alas kandang dari besi, tidak rata, ada paku dan alas kandang kotor. Agar tidak terjadi shorehock, alas kandang dapat diberi kayu. Beliau menjelaskan manajemen pemasaran kelinci bahwa pemasaran kelinci dapat berupa bibit, daging segar, olahan kuliner, kerajinan dari bulu kelinci, pupuk dari feses kelinci, dan agro wisata (berbasis pemberdayaan masyarakat).
Magang Divisi Non Ruminansia ini diharapkan menjadi sarana bagi anggota Divisi Non Ruminansia HSTP FKH UGM untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi di bidang kedokteran hewan khususnya pada peternakan kelinci.