Pentingnya Rumah Sakit Hewan Pendidikan dan Laboratorium Diagnostik Veteriner Bertaraf Internasional Sebagai Implementasi Konsep One Health Dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat.

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp

“Keberadaan Rumah Sakit Hewan Perndidikan dapat berperan dalam Academic Health
System (AHS)” demikian pernyataan Prof. Ali Gufron, Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia dalam Seminar “Membangun dan Mengimplementasikan Kosep One Health di
Lingkungan Kampus dan Masyarakat” yang diselenggarakan FKH UGM pada tanggal 26 Juli 2019.
Peningkatan populasi, industrialisasi dan masalah geopolitik mempercepat perubahan global
termasuk kerusakan yang signifikan terhadap biodiversitas hayati, perubahan kestabilan ekosistem
dan migrasi yang sangat cepat dari berbagai spesies. Perubahan lingkungan tersebut berhubungan
dengan kemunculan (emergence) dan kemunculan kembali (re-emergence) berbagai penyakit
infeksius dan non infeksius. Perkembangan terakhir seperti epidemi Flu Burung, Ebola dan Zika
menunjukkan dengan jelas adanya kaitan yang erat (interdependence) konsep kesehatan yang tidak
bisa dipisahkan antara manusia, hewan dan lingkungan. Konsep “one health” kemudian muncul
dengan mempertimbangkan secara holistik, transdisipliner serta melibatkan kajian lintas sektoral
antara kesehatan manusia, hewan dan ekosistem termasuk di dalamnya satwa liar (wild life).
Penyakit infeksius mempunyai kaitan dengan biologi dan ekologi dari agen infeksius, hospes dan
vektor penyakit. Pemahaman secara komprehensif tentang perubahan terbaru atas dinamika infeksi
dan persebarannya sangat diperlukan untuk analisa risiko infeksi selanjutnya. Perubahan genomik
organisme infeksius seperti virus, bakteri, jamur dan parasit terjadi melalui proses mutasi,
rekombinasi, transfer horizontal dan hibridisasi dengan sangat dinamis. Entitas genetik yang baru
tersebut memiliki respon yang berbeda terhadap lingkungan dan genetik baru akan lolos seleksi
serta mengekspresikan fenotip dengan variasi yang beragam. Agen infeksius tersebut juga mampu
berkoloni dan menyerang hospes baru sehingga menciptakan epidemi baru yang memerlukan
metode pengendalian yg juga baru. Keseluruhan fakta lapangan tersebut mendorong pentingnya
kesadaran yang menyeluruh terhadap siklus patogen, cara transmisi serta transgresi antar spesies.
Salah satu aspek terpenting dalam mengontrol agen penyakit manusia, hewan dan lingkungan
adalah pengembangan manajemen resiko berbasis pendekatan sains yang memadai dengan
dukungan politik dan regulasi yang jelas. Sistem surveilance yang cukup harus meliputi jejaring
laboratorium yang kuat dengan fasilitas infrastruktur dan sumberdaya yang mendukung. Sistem
tersebut akan memperkuat dari dasar, nasional, regional dan global konsep penanganan penyakit
yang holistik.

Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Kemenristekdikti melalui Prof. drh. Aris Junaedi, PhD.,
selaku Direktur Penjaminan Mutu melakukan kolaborasi intens untuk mengadakan seminar “one
health” sebagai salah satu aksi teknis dalam merespon terhadap perkembangan isu terkini tentang
perkembangan penyakit global. Dekan FKH UGM, Prof. Dr. drh. Isrina Oktavia Salasia mencetuskan
ide pembangunan Pusat Riset dan Pendidikan berstandar Internasional, Rumah Sakit Pendidikan
untuk Hewan Besar dan Kecil dan Teaching Farm Terpadu di lingkungan Fakultas Kedokteran Hewan
UGM. Infrastruktur tersebut sangat diperlukan sebagai respon terhadap tuntutan peningkatan
kompetensi dokter hewan yang harus sesuai dengan perkembangan global. Peningkatan kualitas
infrastruktur riset tersebut juga merupakan catatan akreditasi internasional ASIIN tahun 2019 yang
harus ditindak lanjuti. Selain lahan yang telah tersedia, pembangunan infrastruktur yang
direncanakan tersebut telah disetujui di tingkat Universitas Gadjah Mada. Prof. Dr. Ir. Bambang Agus
Kironoto, sebagai selaku Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Aset memaparkan denah
pembangunan infrastruktur tersebut dalam prioritas UGM serta penyediaan dana pendamping
dalam proses pembangunan. Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Jenderal
Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia juga menyatakan dukungannya dalam seminar untuk
pembangunan infrastruktur. Adapun dana utama untuk menyokong pembangunan tersebut tengah
diupayakan untuk direalisasikan dengan berbagai mekanisme pendanaan misalnya soft loan, hibah
ataupun investasi. Keberadaan RSHP dan Lab. Diagnostik tersebut penting dalam proses pendidikan
dan pelayanan bidang kesehatan hewan sekaligus dapat berkontribusi pada penyelenggaraan
Academic Health System (AHS) yang saat ini telah bergulir melibatkan Kementerian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi; dan Kementerian Kesehatan. Pemaparan dr. Sinurtina Sihombing, M.Kes,
sebagai perwakilan dari Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, menegaskan kembali pentingnya infrastruktur
pendukung dalam pengendalian penyakit yang berhulu pada hewan dan berhilir pada manusia
sebagai kunci utama pengendalian wabah.
Seminar yang dihadiri juga oleh pimpinan Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia
(AFKHI), mahasiswa lintas disiplin, dan perwakilan laboratorium teknis kesehatan hewan se-DIY.
Keseluruhan hasil seminar menunjukkan urgensi pengembangan infrastruktur yang diusulkan yaitu
International Center of Veterinary Education and Research, Veterinary Teaching Farm for Small and
Large Animals serta Veterinary Teaching Farm focused on Cattle Breeding System.