FKH UGM: CEGAH KEPUNAHAN LANDAK JAWA!

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp

Yogyakarta, 2 November 2017- Ancaman kepunahan landak jawa (Hystrix javanica) sebagai hewan endemik Indonesia akibat perburuan liar dan pembukaan lahan menjadi salah satu perhatian Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (FKH UGM). Hal ini menjadi dasar dilaksanakannya kegiatan pelestarian landak jawa oleh FKH UGM di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berbagai kegiatan edukasi telah dilaksanakan, antara lain Forum Grup Discussion (FGD) di Tawangmangu pada tanggal 12-13 Agustus 2017, dan edukasi konservasi di kabupaten Ngawi pada tanggal 22 Oktober 2017. Kegiatan ini telah berhasil membangun komitmen antara FKH UGM dengan masyarakat, penggiat kuliner landak, peternak dan para pemburu landak untuk bersama melestarikan landak jawa melalui usaha edukasi dan pengembangbiakan landak jawa.
Saat ini, para pemburu di daerah Ngawi telah memulai langkah untuk turut serta melestarikan landak jawa dengan membangun kandang untuk budidaya landak jawa. Kandang ini masih terbilang sederhana, dengan lantai semen dan dinding batako, dan dalam kandang diberikan ruangan seperti gua buatan untuk tempat berlindung saat siang hari mengingat bahwa ladak jawa adalah hewan yang aktif di malam hari.
“Diharapkan, dengan membangun kandang yang sesuai dengan kondisinya di alam, kita dapat meningkatkan persentase keberhasilan perkembangbiakannya”, jelas Woro Danur Wendo, peneliti Landaak dai FKH UGM.
“Landak dewasa yang dikumpulkan dari alam, dibiakkan dalam kandang bersama. Setelah dilakukan pengamatan, sepasang landak yang dianggap cocok, dimasukkan dalam kandang pasangan untuk dibiakkan. Masa kebuntingan landak adalah 98-110 hari, sehingga apabila perkawinan sukses, kelahiran akan terjadi setelah 3 bulan landak dipasangkan”, tutur Teguh Budipitojo, Ph.D. “Nantinya anakan landak ini akan dijual untuk konsumsi, dijadikan indukan lagi, atau dipelihara sebagai hewan peliharaan, sehingga di masa depan mereka tidak perlu berburu landak di alam untuk kebutuhan hidup”, lanjutnya.


Gambar. Kandang sederhana landak Jawa sebagai bentuk awal upaya konservasi melalui budidaya
Saat ini landak jawa memang menjadi primadona di kalangan pemburu satwa, karena kuliner ekstrim daging landak sangat digemari di berbagai daerah pariwisata. Selain itu, batu geliga landak yang dikenal berkhasiat mengobati berbagai macam penyakit memiliki harga jual yang amat tinggi. Sebagai contoh, batu geliga landak dengan kualitas rendah dihargai 500rb per gram. “Kualitas batu geliga ini ditentukan dari besar dan lama terbentuknya. Sehingga lebih besar lebih mahal”, terang Okko, salah satu pemburu landak,
Apabila ke depannya masyarakat dapat memasok daging landak dari usaha budidaya, selain mengurangi tingkat perburuan satwa di alam liar, hal ini juga dapat membuka lapangan pekerjaan baru di masyarakat. Dengan begitu, kegiatan konservasi ini bukan hanya demi kelestarian lingkungan, tapi juga untuk kesejahtaraan manusianya. -TIM